Antara Hooliganisme Dan Tajamnya Cakar Agresivitas,Sekedar Satu Catatan-

- 7 September 2022, 21:03 WIB
Pater Kons Beo,SVD
Pater Kons Beo,SVD /dok Pribadi/

Perilaku agresif pun jadi tumbuh subur oleh lingkungan yang tak sehat. Deformasi mental perilaku dapat lahirkan semacam ‘konsensus agresif kolektif.’ Lokasi, kelompok, etnis hingga keyakinan miring tertentu sulit untuk tak diwaspadai extra. Sebab warna dan tindak agresivitas sungguh kasat mata.

Bermula dari tarik diri dari rana sosial pada umumnya, jalan menuju padang gurun sektarian inklusif jadi terbuka lebar. Namun ironinya semuanya mengalir dalam kesempitan mental, cara dan isi berpikir. Di situ pun indoktrinasi agresif mulai berkecamba dalam tangkapan diksi serta visualisasi peran dan tindak.

 

Pola Agresivitas

‘Hajar, serang, hancurkan, babat, sikat, ganyang, hingga tebas’ adalah kosa kata maut yang sudah jadi akrab di telinga. Konsep agresif pun terpantau pada aktivitas permainan anak-anak, misalnya. Efek media sosial dengan ragam tayangan penuh kekerasan pun bisa mempengaruhi anak.

Tetapi, adakah bangsa manusia tertentu yang bebas dari tindak agresif? Kenyataannya tidak! Perilaku agresif terjadi di mana-mana. Tak peduli entah si korban itu sesungguhnya orang yang sama sekali tak bersalah.

Kelompok tertentu dalam masyarakat sering merasa diri miliki hak untuk lakukan kerusuhan. Dan lebih mengerikan bahwa kelompok masyarakat atau golongan tertentu sudah dihalalkan untuk dihancurkan dan diserang.

 

Alarm yang mesti disikapi

Ganasnya tindakan agresif bisa berawal pula dari ‘bisikan maut’ pada telinga anak-anak. Orang lain, kelompok sana, bahkan tetangga sendiri telah dipaku mati sebagai ‘musuh yang mengacam.’ Tak ada cara lain untuk mempertahankan diri selain mesti berlaku kejam terhadap ‘musuh yang mengancam itu.’

Halaman:

Editor: Alex Raja S

Sumber: P.Kons Beo,SVD Collegio San Pietro-Roma


Tags

Terkini

x