Warta Sasando- Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu,Sabtu 19 Pebruari 2022 membagi inspirasi tentang Geliat Ekowisata Desa dan Pengelolaan Bumdes Berbasis Digital kepada para kepala desa se-Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Dermaga 2, Kampung Kharst Ramang Ramang Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Kegiatan tersebut dalam bingkai acara Workshop Bumdes yang merupakan rangkaian acara Ramang-Ramang Tourism Exibhition, "Bersama Bangkitkan Pariwisata untuk UMKM Maju dan Berkelanjutan"
Kepala desa Detusoko Barat di kesempatan ini menjelaskan tentang pengelolaan Ekowisata dan Bumdes berbasis digital, dihadapan seluruh kepala desa, pendamping desa, pimpinan lembaga keuangan, pengelola Bumdes, Pokdarwis dalam acara Ramang Ramang Exibhition.
Dikatakan Ferdinandus Watu, masa depan yang diinginkan sekarang ini adalah aksi orang lokal.Lokal sebut dia identik dengan desa dan masa depan ada di desa.Semakin ke desa semakin primitif dan asli.Dan itu kata Nando demikian ia biasa disapa, makin dicari dan pada gilirannya akan makin mahal.
"Masa depan yang kita inginkan adalah prespektif dan aksi orang-orang lokal, dan yang lokal itu identik dengan desa, dan masa depan kita ada di desa. Biasanya makin ke kampung makin primitif, makin original dan makin ke kampung , makin dicari dan biasanya makin mahal" kata Nando Watu dalam rilisnya yang diterima Warta Sasando.
Dia menjelaskan, yang original dan lokal itu umumnya ada di desa, karena itu desa harus menyajikan hal yang unik. Desa adalah halaman depan bangsa , karena itu kalau mau membangun Indonesia harus mulai bangun dari desa.
Baca Juga: Bupati Ende Serahkan Piagam Penghargaan Untuk 50 Desa , Ini Kata Bupati Ende Djafar Achmad
"Kita harus memanfaatkan potensi yang ada di desa dan sumber daya yang ada di desa adalah peluang.Dan Bumdes menjadi pengelola atau lembaga yang memayungi aneka geliat potensi usaha yang ada di desa" ujar Nando.
Kepada para peserta,Kades Nando juga membagikan pengalaman positif terkait dengan Desa Detusoko Barat yang mendapat anugerah juara 4 Desa Wisata.
Dirinya membagikan aneka pengalaman tentang bagaimana membangun desa dalam kaitan dengan potensi wisata, mulai dari atraksi wisata berbasis budaya dengan sanggar Dau Dolenya, kuliner, wisata susur sawah, wisata edukasi, homestay, permainan traditional.
Baca Juga: Gelombang Ketiga ,Positif Covid 19 Di Ende Meningkat Drastis .Pemda Ende Kembali Aktifkan Posko
" Secara khusus saya membagikan pengalaman terkait dengan pemanfaatan digital dalam pengelolaan Bumdes dan aneka atraksi wisata desa" kata Nando.
Di hadapan peserta dia mengatakan , NTT jauh dari Jakarta dan selalu masuk dalam kategori tertinggal. Namun demikian, tambah Nando, meski juga masuk dalam daerah terluar namun bisa menjadi terdepan dalam inovasi dan digitalisasi.
"Kita tidak boleh kalah, dan itu sudah ditunjukkan oleh Desa Detusoko Barat. Bisa menjadi terdepan dalam inovasi dan digitalisasi, karena itu kita jangan kalah dengan desa- desa lain di Indonesia" pesan Nando lagi.
Nando menambahkan, membangun desa di era digital ini harus bisa selalu eksis.Dan dengan inovasi, harus mampu mendahului regulasi dan biarkan karya - karya yang berbicara lebih dahulu.
Acara Ramang Ramang Tourism Exhibition ini diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regio 6, Sulampua (Sulawesi Maluku Papua), kerjasama dengan lembaga Keuangan, BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Sulsel, Bank Indonesia, Bank Syariah.
Kerja sama Pemerintah Sulawesi Selatan tersebut selalu dilakukan dalam berbagai acara seperti, Workshop Bumdes, lomba design landscape spot wisata Ramang Ramang, bisnis matching UMKM, Pameran Produk, bersepeda, tarian dan high level meeting***