77 Persen Dosen yang Disurvei Mengaku Kekerasan Seksual Pernah Terjadi di Kampus

11 November 2021, 20:38 WIB
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim. /Instagram @nadiemmakarim

WARTA SASANDO - Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengapresiasi pengakuan korban kekerasan seksual oleh dosen di salah satu universitas di Jawa Timur.

Menurut Nadiem Makarim, kisah kekerasan seksual itu merupakan satu dari jutaan kasus yang ada di semua kampus Indonesia.

"Kita tinggal menggaruk-garuk sedikit dari sisi survei atau poling," katanya dilansir wartasasando.com dari YouTube Najwa Shihab pada Kamis, 11 November 2021.

"Kita mengetahui 77 persen dari dosen yang disurvey menyatakan kekerasan seksual itu pernah terjadi di kampus," lanjutnya.

Baca Juga: Dituding Legalkan Seks Bebas Lewat Permendikbud, Ini Respon Nadiem Makarim

Dia menegaskan bahwa mereka yang disurvei adalah dosen bukan mahasiswa.

"Kenapa 63 persen dari 77 persen itu tidak melaporkan, karena seluruh stigma yang diasosiasikan dengan pelecehan seksual dan kekerasan seksual," tuturnya.

Nadiem Makarim mengatakan bahwa korban sudah menjadi korban dan memiliki risiko besar saat melaporkan apa yang menimpanya.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan jika melaporkan justru korban menerima berbagai hukuman dari masyarakat.

"Dan banyak yang victim blaming kepada korban, menuduh apa salah kamu dalam masalah itu," katanya.

Baca Juga: Fraksi PKB dan Golkar DPRD NTT Sorot Sederet Persoalan di Bank NTT

Sebab itu dia menilai pemerintah sudah tidak bisa ongkang-ongkang kaki dalam permasalahan ini.

Pasalnya, disebutnya hal ini sudah menjadi pandemi tersendiri yang menyebar, dan harus disuarakan.

"Menurut saya karena suara-suara seperti ini yang di seluruh penjuru Indonesia mengalami harus mengambil posisi yang keras mengenai situasi ini," ucapnya.

Lantaran dampak yang diderita korban akan mempengaruhi masa depan mereka. Seperti korban di Jawa Timur yang akhirnya memutuskan tidak melanjutkan kuliahnya.

Baca Juga: Sejarah Hari Ayah 12 November, Ternyata Deklarasi Awal Juga Dilakukan di Maumere

"Kondisi psikologis yang sangat traumatik dan tidak ada yang namanya pembelajaran atau tidak ada perasaan keamanan, kenyamanan di dalam kampus," katanya.

"Jadi sebelum kita bisa membenarkan atau meningkatkan tingkat kualitas pendidikan, tidak mungkin tanpa mahasiswa merasa aman dalam kampus," pungkas Nadiem Makarim.***

Editor: Tommy Aquino

Sumber: Pikiran Rakyat Youtube Mata Najwa

Tags

Terkini

Terpopuler