Prevalensi Stunting di NTT Menurun, tapi Angkanya Masih Tinggi

- 10 September 2021, 17:10 WIB
Ilustrasi penderita stunting.
Ilustrasi penderita stunting. /Dok. UCLG ASPAC

WARTA SASANDO - Perkembangan prevalensi stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) jika dilihat dari tahun 2013 trennya menurun. Tahun 2013 persentase 51,7%, tahun 2018 menurun menjadi 42,6%, tahun 2019 menurun menjadi 27,67%, tahun 2020 menurun menjadi 24,2% dan 2021 menurun menjadi 23,30%. Meski prevalensi stunting-nya menurun, namun angkanya masih tinggi.

Demikian disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Iwan M. Pellokila saat membacakan sambutan Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, dr. Meserasi D.P Ataupah pada kegiatan pelatihan para pelatih dalam rangka penguatan kapasitas pengelolaan komoditas gizi tingkat provinsi.

Kegiatan ini digagas Nutrition International dan Save the Children bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) serta Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation) melalui Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA).

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, dari tanggal 9-11 September 2021 bertempat di Hotel Swiss Belin Kristal.

Iwan menyebutkan, penyebab utama stunting di Provinsi NTT bersifat multidimensional. Tidak hanya kemiskinan dan akses pangan, tetapi juga pola asuh dan pemberian makan pada balita.

Jika dilihat tren persentasi status gizi balita di NTT, berdasarkan sumber data EPPGM terjadi penurunan balita stunting di NTT selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2018 hingga Februari 2021 dimana rata-rata penurunan setiap tahun sebesar 3%. Tahun 2018 sebesar 35,4%, tahun 2019 sebesar 30%, tahun 2020 sebesar 24,2% dan Februari 2021 menjadi 23,2%.

Iwan mengatakan, pencegahan stunting memerlukan intervenzi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dimana hal ini tertuang dalam 25 indikator program pencegahan stunting.

Melalui Program BISA yang diinisiasi oleh Nutrition International, Save The Children, dan kerjasama dengan Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, program ini memprioritaskan empat program utama, yaitu suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil, suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri, suplementasi Vitamin A pada balita dan pemberian Oralit dan zink pada pengobatan balita diare. Seluruhnya merupakan bagian dari intervensi gizi spesifik yang direkomendasikan secara global yang kemudian diadopsi oleh Pemerintah Indonesia.

"Semoga program BISA dapat direplikasi di kabupaten lain di Provinsi NTT," ujar Iwan mengutip sambutan Kadis Kesehatan NTT. ***

Editor: Tommy Aquino


Tags

Terkini

x