Seminar Nasional SAME 4, Kades Detusoko Barat Singgung Konsep Wisata Premium Ala Kampung

- 16 Maret 2022, 15:17 WIB
Kades Detusoko Barat Saat Bawa Materi
Kades Detusoko Barat Saat Bawa Materi /dok.Nando Watu/
WARTA SASANDO - Suatu kehormatan bagi Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu. Dia mendapat kesempatan tampil sebagai pembicara dalam Seminar Nasional Akuntansi dan Managemen Ekonomi (SAME 4).
 
Seminar ini diselenggarakan oleh Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB), Universitas Nusa Cendana di Jayakarta Hotel Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 14 Maret 2022.
 
Selain Kades Detusoko Barat, seminar dengan tema "Tantangan Digitalisasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Menuju New Society 5.0" juga menghadirkan Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo sebagai pembicara utama dan Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores, Shana Fatina.
 
Dalam Seminar Nasional SAME 4 ini hadir juga Rektor Undana, Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc, civitas akademika Undana dan 80-an peserta Sidang Pleno APSMBI dan Seminar SAME 2022 dari seluruh Indonesia.
 
 
Dalam rilis yang diterima wartasasando.com, Rabu, 16 Maret 2022, Kades Detusoko Barat pada kesempatan itu menjelaskan konsep wisata premium ala kampung. 
 
Konsep tersebut menurutnya adalah sebuah konsep wisata yang menonjolkan originalitas, lokalitas, keaslian dan keunikan sesuai dengan Citarasa Flores, yang berbasis pada 'living like a locals', Be a Floreness /hidup seperti orang lokal dan menjadi seperti kebiasaan kita orang Flores. "Itulah yang dinamakan premium," ujar pria yang akrab disapa Nando Watu.
 
 
Lebih jauh Nando menjelaskan, premium itu harus mampu membawa pemahaman, pertukaran pengalaman, edukasi pada nilai-nilai kearifan lokal serta serentak menggerakan bersama untuk menjaga alam, melestarikan budaya dan mendukung orang orang lokal.
 
"Biasanya makin ke kampung, makin asli, makin primitif/makin original narasinya makin kuat. Semakin memiliki keasliannya maka makin banyak yang cari dan itu tentu akan menjadi lebih mahal. Originalitas dan keaslian ini hanya adanya di kampung-kampung dan tentunya di desa," katanya. 
 
Nando menyebutkan, jiwa wisata  premiun adalah pengalaman. Karena itu bicara wisata premium tanpa melibatkan konsep tentang pengalaman di desa wisata dengan aneka nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang ada, itu ibarat bangun wisata namun tidak ada jiwanya (roh).
 
 
Bagi wisatawan tambah Nando, ketika datang ke Flores, selain menikmati keindahan alam, pantai, gunung, dan budaya lokal namun wisatawan juga harus mendapatkan pengalaman hidup yang lebih, yakni melalui interaksi langsung antara tamu dan tuan rumah. 
 
"Harus ada ruang saling belajar dan memperkaya pemahaman serta pengetahuan, di mana hal terpenting adalah bagaimana memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Pariwisata adalah pergerakan, tidak hanya untuk sesuatu yang bisa dilihat, diraba secara fisik (tangible), namun lebih itu juga berkaitan dengan hal-hal yang tidak bisa dilihat /disentuh seperti pikiran, pengetahuan, pengalaman, dan emosi (Integible)," jelas Nando.
 
Sementara itu, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo, Shana Fatina dalam materinya yang disampaikan Sisilia Lenita Jemana lebih fokus pada Amenitas sertifikasi CHOSE untuk hotel dan restoran.  
 
 
Dia mengatakan, di samping ada atraksi, adanya pembangunan Waterfront city, puncak Waringin, 30 Desa Wisata Temati di Manggarai Barat. Ini sebut dia dalam konteks hubungan dengan Industri melalui Floratama academy, Floratama digital Investment, made in Floratama, pass floratama, floratama travel pass, dan dalam kaitan dengan desa, membuat 30 Desa wisata Tematik dan pengembangan Pariwisata berbasis Masyarakat di 9 Desa Wisata. 
 
Sementara Rektor Undana, Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M. Sc ketika membuka Seminar tersebut mengatakan, Pemerintah Provinsi  NTT sebelumnya telah menetapkan pariwisata sebagai prime mover (penggerak utama) pembangunan ekonomi di NTT. Untuk itu, sumber daya lokal yang dimiliki, baik wisata alam, budaya, bahari dan lainnya harus menjadi kekuatan untuk membangun NTT. 
 
Dia menyebutkan, di tengah stigma NTT sebagai provinsi miskin dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang berada dalam kategori di bawah, maka tantangan terbesar adalah bagaimana semua stakeholder dan pemangku kepentingan untuk bisa melakukan hal-hal yang inovatif dan produktif agar bisa keluar dari stigma tersebut.
 
Pariwisata sebut dia, harus menjadi lokomotif utama dalam membebaskan masyarakat NTT dari keterpurukan ekonomi maupun SDM.
 
 
 “Pembangunan apa saja harus dimulai dari manusia, begitu juga  pariwisata dalam segala kemajuan harus berpihak pada masyarakat lokal. Apa gunanya kemajuan, apabila masyarakat jadi penonton. Kalau masyarakat jadi penonton, berapa banyak rupiah yang akan dipegang masyarakat lokal kita?" tanda Rektor Undana.
 
Dia mengajak pemerintah dan para akademisi untuk memikirkan seperti apa konsep digital yang harus diintrodusir kepada masyarakat lokal agar bisa bersaing dengan para pebisnis di tengah kompetisi dunia digital dalam bidang pariwisata.
 
Dalam seminar ini hadir Rektor dan seluruh civitas akademika Undana dan 80- an peserta Sidang Pleno APSMBI dan Seminar SAME 2022 dari seluruh Indonesia ini*** 

Editor: Alex Raja S


Tags

Terkini

x