Komuni Kudus Bagi Umat yang Bercerai dan Menikah Lagi

- 21 Maret 2022, 13:57 WIB
Pater Doddy Sasi, CMF
Pater Doddy Sasi, CMF /FB Doddy Sasi/

Dari pernyatan FC 84 di atas, ada beberapa hal yang bisa kita tarik keluar. Pertama, bahwa pada pasangan suami istri yang perkawinannya sudah sah secara Katolik, namun bercerai dan Menikah lagi atau hidup bersama dengan orang lain tanpa ikatan perkawinan yang sah, Gereja tidak dapat memberikan Komuni kudus.

Baca Juga: Perempuan Itu Bernama “Veronika”

Kedua, ada pengecualian bahwa Komuni kudus dapat diberikan kepada pasangan, jika mereka bertobat, dan dengan tulus, tidak melakukan hubungan suami istri. Dengan kata lain, ada kebaruan yang dihadirkan oleh dokumen Familiaris Consortio di sini yakni kemungkinan mengakses sakramen Tobat dan Ekaristi bagi pasangan suami istri.

Amoris Laetitia

Pada dokumen Amoris Laetitia Bab VIII yang tampil dengan judul "mendampingi, menegaskan dan mengintegrasikan kelemahan" dapat pula dijumpai pembahasan sehubungan dengan kemungkinan akses ke sakramen-sakramen "orang yang bercerai yang kemudian menjalani kehidupan baru". 

Ada satu kutipan menarik dari AL art. 305: "...Karena faktor-faktor yang mengondisikan dan meringankan, dimungkinkanlah bahwa di dalam suatu situasi objektif dosa -yang mungkin tidak bebas secara subjektif, atau sepenuhnya bersalah- seseorang dapat hidup dalam rahmat Allah, dapat mencintai dan dapat juga tumbuh, dalam hidup yang penuh rahmat dan amal kasih, dengan menerima bantuan Gereja untuk tujuan ini. Penegasan harus membantu menemukan cara yang mungkin untuk menanggapi Allah dan bertumbuh di tengah-tengah keterbatasan...".

Penegasan di atas dilengkapi lagi dengan catatan kaki nomor 351 dari Amoris Laetitia yang berbunyi: “Dalam kasus-kasus tertentu, hal ini dapat mencakup bantuan sakramen-sakramen. Karena itu, "Saya mengingatkan para imam bahwa tempat pengakuan penuh dosa bukanlah ruang penyiksaan, melainkan suatu perjumpaan dengan belas kasih Allah".

Saya juga ingin menunjukkan bahwa Ekaristi "bukanlah sebuah hadiah bagi orang-orang sempurna, melainkan suatu obat penuh daya dan santapan bagi yang lemah".

Kebaruan dari Amoris Laetitia terletak pada luasnya penerapan dengan prinsip yang bertahap (yang sebenarnya sudah ada pada Familiaris Consortio), dalam penegasan spiritual dan pastoral dari tiap-tiap kasus.

Lebih lanjut Kardinal Francesco Coccopalmerio dalam bukunya "Il capitolo ottavo dell'Esortazione Post Sinodale Amoris Laetitia" (Bab VIII dari Seruan Apostolik Postsinodale Amoris Laetitia) menjelaskan bahwa "dalam kasus-kasus tertentu" bantuan Gereja untuk mereka yang disebut pasangan "tidak teratur" untuk bertumbuh dalam rahmat "bisa" juga berarti menerima "bantuan sakramen" dengan tanpa menempatkan pantangan hubungan seksual sebagai kewajiban yang mutlak.

Halaman:

Editor: Tommy Aquino


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x