Renungan Minggu Biasa XXXI 31 Oktober 2021: Bukan Kurban dan Persembahan Melainkan Cinta Kasih

- 31 Oktober 2021, 08:29 WIB
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm.
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm. /

Kedua perintah itu tidak dapat dipisahkan. Itulah perintah ganda: cinta kepada Allah dan kasih kepada sesama. Yang satu harus dilakukan, yang lain tidak boleh diabaikan. Tidak ada perintah lain yang lebih utama dari kedua perintah ini.

Ahli Taurat terbuka akan penjelasan Yesus. Ia membenarkan jawaban-Nya. Ia mengakui dan menerimanya dengan hati yang jujur. Ia melihat bagaimana Yesus menggabungkan dua perintah yang diberikan oleh Musa kepada umat Israel.

“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ul 6:2). “…kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Im 19:18).

Ahli Taurat itu merasakan gema dari suara para nabi. Bahwasanya bukan kurban dan persembahan, melainkan cinta kasih. Itulah yang dikehendaki Allah bagi semua orang.

“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada korban-korban bakaran.” (Hos 6:6, bdk. Mrk 10:33).

Sikap keterbukaan hati Ahli Taurat itu dilihat oleh Yesus. Itulah sebabnya, Yesus pun mengakui betapa bijaksana jawabannya. Dia lalu memberikan harapan yang begitu indah kepada Ahli Taurat tersebut. “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” (Mrk 10:34).

Yesus bukan hanya mengajarkan, tetapi terlebih menghayatinya. Yesus memraktekkan apa yang dikatakan-Nya. Ia telah mencintai Allah dan mengasihi sesama-Nya. Bahkan karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, Ia menyerahkan hidup-Nya sampai mati di kayu salib. Cinta memang meminta korban.

Penulis surat kepada Orang Ibrani mengatakan, “Hal itu sudah dilakukan Yesus satu kali untuk selama-lamanya, yakni ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban.” (Ibr 7:27).

Kisah percakapan Yesus dan Ahli Taurat ini menantang para murid Yesus, termasuk kita zaman ini. Kita diundang untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus sendiri. Kita harus mencintai Allah di atas segala-galanya, dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri.

Cinta itu kita ungkapkan dalam kesaksian hidup sehari-hari. Kita mau menyerahkan diri, mengorbankan tenaga dan memberikan waktu terbaik kita demi kemuliaan Allah dan keselamatan umat-Nya.

Halaman:

Editor: Tommy Aquino


Tags

Terkini

x