Renungan Hari Minggu Biasa XXX 24 Oktober 2021: BUTA NAMUN MELIHAT

- 24 Oktober 2021, 00:00 WIB
Pater Stef. Buyung Florianus, O.Carm.
Pater Stef. Buyung Florianus, O.Carm. /Dok. Pater Stef/

Yesus tidak merasa terganggu dengan jeritan hati anak Timeus. Ia berhenti dan meminta para pengikut-Nya memanggilnya. Pada titik ini, sebuah pembalikan terjadi. Mereka yang semula melarangnya untuk berteriak, kini malah memberikan peneguhan. “Kuatkanlah hatimu! Berdirilah, Ia memanggil engkau.” (Mrk 10:49).

Bartimeus menjawab panggilan Yesus dengan semangat berkobar-kobar. Ia menanggalkan jubahnya. Ia meninggalkan manusia lamanya, masa lampaunya. Ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus, masa depannya.

Kemudian Yesus bertanya kepadanya, “Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” (Mrk 10:51). Itulah pertanyaan Yesus yang penuh kasih. Ia memberi peluang kepada si Bartimeus untuk mendapatkan jawaban atas seruannya, atas jeritan hatinya. Bartimeus pun menggunakan peluang itu dengan sebaik-baiknya. Ia pun lalu berkata, “Rabuni, semoga aku dapat melihat!” (Mrk 10:51).

Sebuah gelar lain terungkap di sini. Bartimeus menjadi satu-satunya orang dalam Injil, selain Maria Magdalena (Yoh 20:16) menyebut Yesus dengan sebutan “Rabuni”. Sekali lagi, Bartimeus, si pengemis  buta itu sesungguhnya tidak buta. Ia melihat jauh lebih jelas dari semua orang lain. Ia melihat dengan mata batinnya.

Seruan dan tindakan Bartimeus menungungkapkan imannya yang sungguh mendalam. Yesus pun memberikan jawaban sesuai dengan imannya. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mrk 10:52).

Bartimeus mendapatkan kembali penglihatan lahiriahnya. Syukurnya akan kasih Tuhan diekspresikan dalam pilihan hidup selanjutnya. Ia tidak pulang ke rumahnya. Ia langsung berjalan mengikuti Yesus.

Sesungguhnya penyembuhan Bartimeus mengundang kita untuk belajar percaya, beriman. Setelah kita disuguhkan dengan pengajaran Yesus yang sangat sulit tentang perceraian, harta kekayaan dan ambisi,  kisah si pengemis buta memanggil kita untuk melihat lebih jauh dari apa yang kelihatan. Kita ditantang untuk memandang lebih dalam dari apa yang ada.

Tidak jarang terjadi, mata batin kita tertutup saat berada di titik terendah kehidupan. Mata hati kita bisa menjadi buta, tatkala ada di tengah hiruk pikuk kota “Yerikho” dunia ini. Kita perlu berdoa seperti Bartimeus. Kita harus ulangi terus menerus untuk memohon belaskasih dan kerahiman-Nya. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Doa ini memiliki kekuatan yang luar biasa.

Siapakah kita ini? Kita bagaikan pengemis buta yang duduk di pinggir jalan menantikan belaskasih Yesus. Kita adalah Bartimeus-Bartimeus yang lain. Bila kita bertekun, kita juga akan mendengarkan peneguhan yang sama. “Kuatkanlah hatimu! Berdirilah, Ia memanggil engkau.”

Dan akhirnya, kita juga akan maju dengan penuh harapan untuk menjumpai Yesus. “Rabuni, semoga aku dapat melihat!”  Mukjizat itu nyata dalam kehidupan kita. Amin.

Halaman:

Editor: Tommy Aquino


Tags

Terkini

x