MENJADI PEMIMPIN YANG MELAYANI

- 19 September 2021, 00:50 WIB
P. Stef Buyung Florianus, O.Carm
P. Stef Buyung Florianus, O.Carm /Foto Istimewa

Namun sungguh memalukan! Memang keterlaluan. Di tengah jalan, ketika Yesus menyampaikan apa yang menjadi pilihan dan semangat hidup-Nya, para murid justru mempercakapkan siapa yang terbesar di antara mereka.

Mereka mempertengkarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan sikap hidup Yesus sendiri. Mereka lebih mencari kehormatan dan nama besar.

Mereka lebih memiliki popularitas. Itulah sebabnya, mereka diam saja, tidak berani saat Yesus menanyakan apa yang mereka percakapkan tadi dalam perjalanan.

Namun Yesus adalah Guru yang baik. Saat para murid-Nya gagal paham, Yesus gunakan kesempatan itu untuk memberikan pengajaran bagaimana seharusnya menjadi seorang pemimpin yang baik.

Seorang anak kecil lalu ditampilkan. Yesus kemudian memeluknya dan berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima Aku.

Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku.” (Mrk 9:37).

Menjadi pemimpin berarti melayani sesama dalam nama dan untuk Yesus. Ia harus melakukannya seperti seorang yang memberikan cinta dan perhatiannya kepada anak kecil.

Itu berarti ia harus memberikan banyak waktu untuk orang lain. Ia mau diganggu dan direpotkan oleh orang-orang yang dlayaninya. Ia melayani dengan ikhlas dan tanpa pamrih.

Itulah hidup Yesus. Ia memberikan waktu dan seluruh diri-Nya untuk orang lain. Pemimpin yang baik justru diukur dari kesediaannya untuk melayani dan keberaniannya untuk berkorban segalanya bagi sesama.

Dalam perjalanan sejarah Gereja, kita mempunyai banyak tokoh yang menjadi contoh bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang baik.

Halaman:

Editor: Tommy Aquino


Tags

Terkini