Derita Penderita Tumor Asal TTS, 4 Tahun Tanpa Pengobatan Medis Hingga Ditinggal Suami

27 Agustus 2022, 18:20 WIB
Penderita Tumor Rahim, Erni Yulita Benu (25) asal Desa Kiufatu, Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS, NTT /Patrick Padeng/

WARTA SASANDO - Kisah sedih dialami Erni Yulita Benu (25) warga Dusun Naktane, Desa Kiufatu, Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS, NTT. Empat tahun lamanya harus menderita penyakit yang diduga tumor rahim (perut membesar) tanpa penanganan medis. 

Kepada wartasasando.com, Erni panggilan akrabnya mengisahkan bahwa ia pertama kali merasakan ada perubahan di perutnya saat melahirkan putranya pada 2018 silam. 

"Saya mulai rasa ada perubahan setelah melahirkan. Setelah satu tahun melahirkan mulai rasa perut besar. Sekarang sudah empat tahun dan makin besar," ujar Erni saat diwawancarai di rumahnya di Desa Kualin pada Sabtu, 27 Agustus 2022.

Baca Juga: Beasiswa Belum Dicairkan Pemprov NTT, Mahasiswa STIKes Maranatha Terancam Batal Wisuda

Ibu satu anak kelahiran 8 Oktober 1996 ini menceritakan, proses kelahiran anaknya seacara normal dan dibantu oleh dukun kampung. 

"Pas lahir dibantu dukun kampung dan lahir normal. Memang kami punya firasat bahwa ada bayi kembar tapi dukun bilang hanya satu saja," ucapnya. 

Setelah merasa ada perubahan pada perutnya, ia sempat berobat ke polindes. Bidan di polindes, kata Erna memintanya untuk merujuk ke RSUD Soe. Karena ketiadaan biaya ia lebih memilih bertahan di rumah dan berusaha berobat secara kampung. 

Baca Juga: IFG Labuan Bajo Marathon 2022, Event Akbar dengan Konsep Sport Tourism

Selain karena ketiadaan biaya, penolakan untuk berobat ke RSUD Soe karena lebih memilih bekerja di kebun untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan anaknya yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak. 

Ditinggal Suami

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah derita yang dirasakan Erni Yulita Benu. Ia harus menjalani kehidupan sendiri sebagai single parents karena ditinggal suaminya pada 2018 silam setelah kelahiran anaknya Margerius Agung Benu. 

"Saya dan suami ketemu saat jadi tenaga kerja di Jakarta. Saat itu saya hamil dan mau melahirkan anak jadi pulang kampung. Suami tidak ikut pulang sampai sekarang," kisahnya. 

Baca Juga: Kisah Sukses Pelaku UMKM di Kupang, Raih Omset Ratusan Juta Hingga Buka Cabang di Luar NTT

"Saya punya suami tidak penah kirim uang dan dia juga tidak tanya saya dan anak punya kabar," tambahnya. 

Dibantu Yayasan Berbagi Kasih Mulia (YBKM) 

Kisah pilu Erni Yulita Benu akhirnya terdengar oleh direktur Yayasan Berbagi Kasih Mulia (YBKM) Erna Manafe. 

Bersama dua pendamping Rumah Singgah Pejuang Kesembuhan milik YBKM menjemput Erni Yulita Benu di kediamannya di Desa Kiufatu, Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS. 

Menggunakan dua unit mobil, Erni Yulita Benu didampingi keluarganya dibawa ke Soe untuk dilakukan pemeriksaan awal untuk selanjutnya dibawa ke Kota Kupang untuk mendapat perawatan medis. 

Baca Juga: Lantik Pengurus DPD SMSI Kota Kupang, Ini Pesan Ketua DPW SMSI NTT

Erna Manafe, mengatakan, ia mendapat informasi tentang kondisi pasien Erni Yulita Benu dari ibu pendeta Novi Tanono yang bertugas di Desa Kiufatu. 

"Setelah dapat informasi kami langsung jemput pasien dan dibawa ke Soe," ungkapnya. 

Erna menjelaskan, bahwa setelah pasien dibawa ke Soe, selanjutnya ia akan mengurus administrasi seperti BPJS Kesehatan dan penanganan awal di RSUD Soe. 

Baca Juga: Wali Kota Jeriko Luncurkan Ikon Baru Kebanggan Kota Kupang

"Kita akan urus BPJS terus ke RSUD Soe. Kalau butuh penanganan serius maka kami akan bawa ke Kupang untuk dirawat di rumah sakit yang punya fasilitas lebih memadai. Kalau harus dirujuk ke luar NTT maka kami akan rujuk," ujarnya 

Terkait biaya rumah sakit dan biaya makan minum untuk pasien dan keluarga pendamping selama berada di rumah singgah sepenuhnya akan dibiayai oleh yayasan. 

"Setiap pasien dan keluarga pasien yang tinggal di rumah singgah di Kupang kami yang biayai semua," tutupnya. 

Editor: Petrus Damianus Padeng

Tags

Terkini

Terpopuler