Prancis Beri Penghormatan untuk Guru yang Dipenggal karena Dituduh Hina Nabi Muhammad

- 17 Oktober 2021, 09:28 WIB
Warga Prancis berkumpul di lapangan
Warga Prancis berkumpul di lapangan /dok. Reuters/

WARTA SASANDO - Pemerintah berserta warga Prancis memberikan penghormatan terhadap guru sekolah bernama Samuel Paty yang tahun lalu tewas dipenggal karena dituduh menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW di kelas.

Samuel Paty awalnya ditikam kemudian kepalanya dipenggal saat berada di luar sekolah Conflans-Sainte-Honorine di pinggiran kota Paris pada, 16 Oktober 2020.

Pembunuhan Samuel Paty memicu kemarahan yang mendorong Presiden Prancis Emmanuel Macron menindak ekstremisme dan kekerasan Islam di negaranya.

"Memberikan penghormatan kepada Samuel Paty berarti memberikan penghormatan kepada Republik," kata Perdana Menteri Prancis, Jean Castex, dikutip dari AFP, Minggu, 17 Oktober 2021.

Baca Juga: Penantian 19 Tahun, Indonesia Berpeluang Bawa Pulang Piala Thomas 2021

"Samuel Paty adalah korban terorisme Islam dan kepengecutan manusia," katanya.

Jean Castex membentangkan sebuah plakat di Kementerian Pendidikan Prancis bertuliskan "Penghormatan kepada Samuel Paty... Dibunuh oleh seorang teroris Islam karena mengajarkan dan membela nilai-nilai Republik, termasuk kebebasan berekspresi."

Siswi Prancis mengaku mengarang cerita gurunya tunjukkan Karikatur Nabi Muhammad

Dikutip wartasasando.com dari Pikiran-Rakyat.com, kasus pembunuhan guru sejarah di Perancis bernama Samuel Paty pada Oktober 2020 lalu akhirnya terkuak.

Hal itu bermula setelah adanya pengakuan dari seorang siswi bahwa dia berbohong gurunya Samuel Paty menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW di dalam kelas.

Baca Juga: Pakar Hukum Sebut 3 Nama yang Berpotensi Dicalonkan PDIP di Pilpres 2024

Dikutip dari The Guardian, Selasa, 9 Maret 2021, siswi berusia 13 tahun itu awalnya ingin mencegah ayahnya mengetahui bahwa dia telah diskors karena berulang kali tidak hadir di sekolah.

Disebutkan bahwa siswi itu cuma mengarang cerita. Gadis itu mengarang dengan mengatakan guru sejarahnya, Samuel Paty, telah menginstruksikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas sehingga dia bisa menunjukkan "foto Nabi telanjang".

Pengacara gadis itu mengungkapkan kliennya telah mengkonfirmasi bahwa dia tidak benar-benar menghadiri kelas dan sedang sakit pada saat itu.

"Dia berbohong karena merasa terjebak dalam spiral karena teman-teman sekelasnya memintanya menjadi juru bicara," kata pengacara Mbeko Tabula.

Baca Juga: Arahan Ketum AHY dan Realita Setelah Musda Demokrat NTT

Gadis itu dilaporkan memiliki riwayat masalah perilaku. Dia kemudian membuat klaim bahwa gurunya menyebarkan karikatur Nabi kepada ayahnya.

Setelah mendengar cerita itu, ayahnya yang marah, Brahim Chnina asal Maroko, berbagi video di Facebook. Dalam video itu dia mencela Paty dan meminta untuk dipecat dari sekolah menengah di Conflans-Sainte-Honorine.

Ayah gadis itu kemudian mengadu ke sekolah dan polisi dengan menuduh Paty bersalah karena "menyebarkan gambar porno", dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah.

Video yang beredar secara online itu memancing kemarahan di media sosial, termasuk ancaman pembunuhan terhadap Paty.

10 hari setelah kebohongan siswi itu, gurunya Samuel Paty tewas dengan cara dipenggal oleh pria asal Chechnya bernama Abdullakh Anzorov. Pelaku kemudian tewas ditembak polisi.

Baca Juga: Dukung Labuan Bajo Sebagai Destinasi Wisata Super Premium, Jokowi Resmikan Terminal Wae Kelambu

Gadis itu dituduh memfitnah, sementara ayahnya Chinina dan seorang pengkhotbah Islam dituduh terlibat dalam pembunuhan itu.

Pengacara keluarga Paty marah karena ternyata gadis itu terbukti berbohong yang menyebabkan gurunya tewas.

"Segala sesuatu dalam penyelidikan menunjukkan sangat awal bahwa dia berbohong," kata pengacara Paty, Virginie Le Roy pada Selasa, 9 Maret 2021.

Kematian Paty mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Prancis dan menyalakan kembali ketegangan di negara itu karena pemisahan yang ketat antara gereja dan negara bagian.

Tak hanya itu, Presiden Emmanuel Macron yang membela kartun Muhammad karena kebebasan berekspresi memicu protes massal dan pemboikotan barang-barang Prancis di banyak negara mayoritas Muslim.

Perancis memiliki sejarah kelam terkait karikatur Nabi Muhammad, Kantor Charlie Hebdo, majalah yang menerbitkan kartun Nabi menjadi sasaran serangan pada tahun 2015 dan menyebabkan 15 orang tewas.***

Editor: Tommy Aquino

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkini