Pemimpin Kristiani: Pelayan Bagi Sesama

- 17 Oktober 2021, 06:36 WIB
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm.
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm. /

Bacaan: Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45

Oleh: P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mrk 10:43).

Kata-kata Yesus ini tidak gampang untuk diterima. Pesan Yesus tidak mudah untuk dipraktekkan. Adalah kecenderungan manusia untuk menjadi orang besar. Tidak sedikit orang gila akan kehormatan.

Lalu bagaimana? Kata-kata Yesus tetaplah abadi. Pesan-Nya harus dihayati. Bagaimana caranya?

Kata-kata Yesus itu sesungguhnya berawal dari permintaan dua murid Yesus, Yakobus dan Yohanes.

Keduanya dengan penuh ambisius mengharapkan duduk di sebelah kanan atau kiri Yesus dalam kemuliaan-Nya.

Kedua murid tersebut sepertinya tidak tahu malu. Sungguh tidak pantas. Permintaan mereka justru terjadi di bagian adegan terakhir sebelum Yesus sampai ke Yerusalem, tempat kematian-Nya.

Permohonan mereka diajukan di saat Yesus menyampaikan cara-Nya untuk menyelamatkan manusia melalui penderitaan dan salib-Nya.

Itulah sebabnya, Yesus tidak langsung menjawabnya. Ia malah mengajukan pertanyaan yang sungguh memberi tantangan.

“Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” (Mrk 10:38).

Cawan dan juga pembaptisan adalah simbol untuk penderitaan dan wafat Yesus akan dialami-Nya. Yesus menantang Yakobus dan Yohanes untuk memahami apa artinya mengikuti Dia dalam kemuliaan.

Itu berarti bahwa kemuliaan, duduk di sebelah kiri dan kanan Yesus itu, harus dicapai dengan jalan penderitaan dan kematian, jalan salib.

Kedua murid itu menjawab dengan penuh semangat bahwa mereka sanggup. Mereka siap untuk meminum cawan dan bersedia menerima baptisan tersebut.  

Yesus lalu menegaskan bahwa mereka akan ambil bagian dalam penderitaan dan wafat-Nya. Soal kemuliaan, itu RAHASIA Bapa.

Dialah yang memiliki hak untuk memberikan kedudukan dalam kemuliaan kelak (bdk. Mrk 10:39-40). Seorang murid Yesus tidak perlu mencarinya. Apalagi saling menjatuhkan untuk mendapatkannya.

Keesepuluh murid lainnya menjadi marah. Mereka begitu jengkel. Rupanya mereka mendengarkan keinginan yang tanpa malu disampaikan dua orang murid tersebut.

Mereka nampaknya terganggu dengan permintaan kedua rekan mereka yang ambisius tersebut. Namun sungguh indah, Yesus menggunakan moment tersebut untuk memberikan pengajaran kepada para murid-Nya.

Gila kedudukan, rakus kekuasaan, yang lahir dari egoisme bukanlah sikap yang Kristiani. Nafsu besar akan kehormatan bukanlah semangat seorang murid Yesus yang sejati.

Setiap orang yang mau mengikuti Yesus harus berani meninggalkan nilai-nilai yang tidak Injili ini. Sang penulis surat kepada orang Ibrani menegaskan siapakah Yesus bagi kita. 

“Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelamahan kita. Sebaliknya, Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa.” (Ibr 4:15).

Menjadi Kristen berarti menjadi hamba seperti halnya Yesus sendiri. Menjadi yang pertama dan terkemuka justru harus menjadi pelayan bagi sesama.

Seorang pengikut Kristus harus memberikan diri dalam pelayanan, bahkan menyerahkan nyawa demi keselamatan sesama (bdk. Mrk 10:43-45).

Semangat seperti itu jugalah yang ditunjukkan Hamba Yahweh. Dia yang adalah orang benar justru menanggung kejahatan orang lain.

“Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.” (Yes 53:11).

Dan justru sikap dan cara hidup seperti itulah jalan menuju kemuliaan bagi seorang murid Yesus.  

Panggilan kemuridan sepanjang zaman adalah melayani. Itulah juga panggilan kepemimpinan Kristiani.

Menjadi pemimpin berarti mau menjadi orang pertama yang dengan penuh keberanian menerima cawan dan menerima baptisan.

Menjadi pemimpin berarti menjadi orang pertama yang siap melayani kebutuhan sesama, apa pun yang mereka perlukan.  Pemimpin harus menjadi PANUTAN di dalam melayani dan memberikan diri bagi sesama.***

Editor: Tommy Aquino


Tags

Terkini