Renungan Minggu Biasa XXXI 31 Oktober 2021: Bukan Kurban dan Persembahan Melainkan Cinta Kasih

31 Oktober 2021, 08:29 WIB
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm. /

Bacaan Kitab Suci: Ul 6:2-6; Ibr 7:23-28; Mrk 12:28b-34

Oleh: P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm.

“Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” (Mrk 12:34). Kata-kata Yesus ini sungguh menjanjikan. Sabda-Nya memberi harapan.

Hal ini bermula dari seorang Ahli Taurat. Ia datang kepada Yesus dengan sebuah pertanyaan. “Perintah manakah yang paling utama?” (Mrk 10:28).

Pertanyaan itu sesungguhnya lahir dari sebuah kejujuran. Dengan sopan, Ahli Taurat itu berusaha meminta pandangan Yesus.

Pertanyaan tentang perintah yang paling utama adalah pertanyaan sangat mendasar dalam hidup keagamaan, khususnya dalam keyahudian. Karena Agama Yahudi memiliki begitu banyak peraturan, hukum dan ketetapan. Itulah sebabnya, manakah yang lebih penting dari semuanya itu?

Yesus menanggapi pertanyaan tersebuat dengan baik. Ia lalu memberikan jawaban yang mendasar. Yesus menggunakan doa Shema Israel. Doa tersebut didaraskan oleh setiap orang Israel dua kali dalam sehari. “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita itu Tuhan yang esa!” (Mrk 10:29).

Karena Allah itu esa, pertama-tama orang harus mengasihi-Nya dengan seluruh dirinya. Orang harus mencintai Allah dengan segenap hati, jiwa, budi dan kekuatan.

Kemudian Yesus menambahkan perintah kedua, yaitu mencintai sesama. Dan orang harus mencintai sesama manusia seperti diri sendiri.

Kedua perintah itu tidak dapat dipisahkan. Itulah perintah ganda: cinta kepada Allah dan kasih kepada sesama. Yang satu harus dilakukan, yang lain tidak boleh diabaikan. Tidak ada perintah lain yang lebih utama dari kedua perintah ini.

Ahli Taurat terbuka akan penjelasan Yesus. Ia membenarkan jawaban-Nya. Ia mengakui dan menerimanya dengan hati yang jujur. Ia melihat bagaimana Yesus menggabungkan dua perintah yang diberikan oleh Musa kepada umat Israel.

“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ul 6:2). “…kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Im 19:18).

Ahli Taurat itu merasakan gema dari suara para nabi. Bahwasanya bukan kurban dan persembahan, melainkan cinta kasih. Itulah yang dikehendaki Allah bagi semua orang.

“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada korban-korban bakaran.” (Hos 6:6, bdk. Mrk 10:33).

Sikap keterbukaan hati Ahli Taurat itu dilihat oleh Yesus. Itulah sebabnya, Yesus pun mengakui betapa bijaksana jawabannya. Dia lalu memberikan harapan yang begitu indah kepada Ahli Taurat tersebut. “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” (Mrk 10:34).

Yesus bukan hanya mengajarkan, tetapi terlebih menghayatinya. Yesus memraktekkan apa yang dikatakan-Nya. Ia telah mencintai Allah dan mengasihi sesama-Nya. Bahkan karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, Ia menyerahkan hidup-Nya sampai mati di kayu salib. Cinta memang meminta korban.

Penulis surat kepada Orang Ibrani mengatakan, “Hal itu sudah dilakukan Yesus satu kali untuk selama-lamanya, yakni ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban.” (Ibr 7:27).

Kisah percakapan Yesus dan Ahli Taurat ini menantang para murid Yesus, termasuk kita zaman ini. Kita diundang untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus sendiri. Kita harus mencintai Allah di atas segala-galanya, dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri.

Cinta itu kita ungkapkan dalam kesaksian hidup sehari-hari. Kita mau menyerahkan diri, mengorbankan tenaga dan memberikan waktu terbaik kita demi kemuliaan Allah dan keselamatan umat-Nya.

Perintah cinta kasih ini tidak selalu gampang untuk dihayati. Namun hal itu tidak berarti kita tidak bisa. Kita bisa memraktekkannya dengan bantuan rahmat Tuhan. Kita mulai dengan kita percaya bahwa Allah telah lebih dahulu mengasihi kita dengan segenap hati-Nya. Atau sekurang-kurangnya, kita awali dengan mengambil sikap seperti Ahli Taurat tersebut.

Kita membuka diri atas pengajaran Yesus. Kita berjuang untuk memahami bahwa cinta kasih jauh lebih utama dari korban bakar dan persembahan. Bila itu yang menjadi kerinduan dan upaya kita, kata-kata Yesus kepada Ahli Taurat itu juga ditujukan kepada kita masing-masing. “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah."***

Editor: Tommy Aquino

Tags

Terkini

Terpopuler