MEMBANGUN PERSAUDARAAN LINTAS BATAS

26 September 2021, 09:50 WIB
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm. /

Bacaan KS: Bil 11:25-29; Yak 5:1-6; Mrk 9:38-43.45.47-48

Oleh: P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm.

“Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (Mrk 9:40).

Kata-kata Yesus ini sungguh menyejukkan. Sabda-Nya membawa harapan baru dalam hidup bersama.

Justru di tengah masyarakat, yang cenderung menonjolkan perbedaan, kata-kata Yesus membawa peluang baru menuju sebuah persaudaraan yang mengagumkan.

Di saat issue SARA ditampilkan, sabda Yesus menjadi inspirasi bagaimana seharusnya membangun kebersamaan yang ideal.

Itulah sebabnya, para murid Yesus ditantang untuk menciptakan sebuah PERSAUDARAAN LINTAS BATAS.

Kata-kata Yesus itu bermula dari laporan yang disampaikan oleh Yohanes. Bahwasanya ada seorang yang bukan pengikut Yesus mengusir setan demi nama-Nya.

Sesungguhnya, hal ini luar biasa. Seorang, yang nota bene bukan pengikut Yesus mendapatkan karunia yang istimewa.

Ia berhasil melakukan sebuah mukjizat. Namun para murid mencegah orang itu. Alasannya jelas, “karena ia bukan pengikut kita.” (Mrk 9:38).

Rupanya ada iri hati di sana. Sebagai murid Yesus, ternyata mereka tidak sanggup melakukan mukjizat.

Mereka tidak berhasil menyembuhkan seorang anak yang kerasukan roh yang membisukan.

Hal itu nyata jelas dari kata-kata orangtua (ayah) anak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia…. Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” (Mrk 9:17-18).

Yohanes dan para murid lainnya mencoba mengunci kemungkinan “orang lain” (yang bukan anggota) melakukan pelayanan dalam nama Yesus.

Namun sikap Yesus sungguh tegas dan jelas. “Jangan kamu cegah dia!” (Mrk 9:39).

Dia meminta para murid-Nya untuk memiliki keterbukaan hati dan bersikap toleran terhadap orang lain yang berkehendak baik. “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (Mrk 9:40).

Yesus mau membangun sebuah persaudaraan lintas batas. Karena Tuhan bebas dan terbuka memberikan anugerah dan rahmat-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Orang yang melakukan sesuatu dengan mengandalkan kuasa Yesus tidak dapat sekaligus mengumpat-Nya. “Dalam nama Yesus” yang diucapkan orang yang melakukan mukjizat itu lahir dari iman.

Orang itu dengan sendirinya bukan lawan Yesus. Dia berada di pihak-Nya. Kendati orang tersebut tidak secara yuridis formal menjadi pengikut Yesus, tetapi berkehendak baik untuk bekerja dalam nama-Nya, cinta dan damai akan terwujud.

Dia memang belum menjadi murid-Nya. Hal ini adalah sebuah rahasia antara dia dan Tuhan. Jangan mencegah dia melakukan suatu hal yang amat indah yakni mengusir setan demi nama Yesus.

Hal yang sama juga menjadi sikap Musa. Ketika seorang anak muda menyampaikan kepadanya bahwa Eldad dan Medad juga dipenuhi oleh Roh Tuhan seperti nabi.

Kendati keduanya tercatat tetapi tidak hadir saat Tuhan mengambil sebagian Roh dari Musa dan meletakkannya ke atas tujuh puluh tua-tua.

Melihat kenyataan itu, Yosua meminta Musa untuk mencegahnya. Namun Musa berkata, “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhan memberikan Roh-Nya kepada mereka.” (Bil 11:29).

Bagaimana dengan kita? Ada banyak orang yang berkehendak baik. Kita semestinya membangun persaudaraan lintas batas, dengan pelbagai suku, agama dan ras serta golongan.

Dan bukan sebaliknya sebagaimana diingatkan oleh Rasul Yakobus. “Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang jujur, yang tidak dapat melawan kamu.” (Yak 5:6).

Konsili Vatikan II dalam Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-Agama Bukan Kristiani menegaskan, “Maka Gereja mengecam setiap diskriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warnah kulit, kondisi hidup atau agama, sebab berlawanan dengan semangat Kristus.” (NA 5).

Tuhan dengan bebas dan penuh rahasia mencurahkan rahmat dan karunia-Nya bagi siapa saja, khususnya mereka yang bekehendak baik untuk ambil bagian dalam pembangunan kerajaan-Nya, mengusir setan dalam nama-Nya.***

Editor: Tommy Aquino

Sumber: Renungan Romo Buyung

Tags

Terkini

Terpopuler