Batalkan Kesepakatan Soal Kapal Selam Nuklir, Prancis Sebut Australia Buat Kesalahan Besar

- 19 September 2021, 01:42 WIB
Ilustrasi kapal selam. Prancis merasa ditikam oleh Australia yang beralih kerja sama dengan Amerika Serikat soal pembangunan kapal selam.
Ilustrasi kapal selam. Prancis merasa ditikam oleh Australia yang beralih kerja sama dengan Amerika Serikat soal pembangunan kapal selam. /Pixabay/Riedelmeier

WARTA SASANDO - Pro kontra mewarnai keputusan Australia yang berambisi membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir.

Kendati mendapat tentangan dari banyak negara, Australia justru mendapat bantuan dari Amerika Serikat dan Inggris untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Dilansir WartaSasando.com dari Pikiran-Rakyat.com, Minggu 19 September 2021, Perdana Menteri Australia Scott Morisson mengungkapkan jika pembangunan kapal selam bertenaga nuklir itu merupakan upaya negeri Kanguru untuk meningkatkan keamanan negara.

"Dunia kita menjadi lebih kompleks, terutama di sini di kawasan kita, Indo-Pasifik, kami sekarang harus membawa kemitraan kami ke tingkat yang baru," ujar Morrison.

Prancis menjadi salah satu negara yang geram mendengar keputusan Australia yang bekerja sama dengan AS dalam pembangunan kapal selam nuklir.

Utusan Prancis untuk Canberra bahkan menyebut Australia telah membuat keputusan yang salah, lantaran 'menikam' Prancis, yang sebelumnya kerja sama dalam hal pembangunan kapal selam konvensional.

"Australia telah membuat kesalahan diplomatik besar dengan mengabaikan pesanan multi-miliar dolar untuk kapal selam Prancis demi kesepakatan alternatif dengan Amerika Serikat dan Inggris," ujar utusan Prancis.

Prancis menilai pembatalan kesepakatan senilai 40 miliar USD pada tahun 2016 adalah sebuah tikaman dari belakang. Pihak Prancis bahkan sudah menarik duta besarnya dari Washington dan Canberra.

"Ini adalah kesalahan besar, penanganan kemitraan yang sangat buruk karena ini bukan kontrak, itu adalah kemitraan yang seharusnya didasarkan pada kepercayaan, saling pengertian, dan ketulusan," ujar Duta Besar Jean-Pierre Thebault.

Thebault menyebut kesepakatan soal kapal selam itu lebih dari hubungan perdagangan, melainkan hubungan kepercayaan.

"Ini bukan tentang menjual salad atau kentang, itu adalah hubungan kepercayaan di tingkat tertinggi yang mencakup pertanyaan-pertanyaan dengan tingkat kerahasiaan dan sensivitas tertinggi," katanya.

Sementara itu, Australia justru menyesalkan penarikan duta besar Prancis, dan mereka akan terus terlibat dengan Paris dalam bidang lain.

Perselisihan antara Paris dan Canberra menandai titik terendah dalam hubungan mereka sejak 1995. Saat itu Australia memprotes keputusan Prancis untuk melanjutkan uji coba nuklir di Pasifik Selatan dan memanggil duta besarnya untuk konsultasi.***

Editor: Tommy Aquino

Sumber: Pikiran Rakyat Reuters Antara


Tags

Terkini

x