Renungan Hari Minggu Adven IV: Berbahagialah Ia yang Telah Percaya

- 19 Desember 2021, 09:37 WIB
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm.
P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm. /

Bacaan Kitab Suci
Mi 5:1-4a; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45

Oleh: P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm.

Bunda Maria adalah salah satu tokoh adven. Maria memiliki peran penting dalam kaitan langsung dengan kedatangan Yesus untuk pertama kalinya. Peristiwa itu sudah terjadi lebih dari 2000 tahun yang lalu. Dia sungguh terlibat dan dilibatkan oleh Allah dalam misteri penjelmaan sang Putra.

Peristiwa ini menjadi kegenapan nubuat nabi Mikha. “Hai Betlehem di wilayah Efrata, hai engkau yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, daripadamu akan bangkit bagi-Ku soerang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, yang sudah ada sejak dahulu kala. Ia akan membiarkan mereka sampai saatnya perempuan yang mengandung itu telah melahirkan.” (Mi 5:1-2).

Setelah menerima tanggungjawab besar untuk menjadi ibunda sang Juruselamat, Maria bergegas menuju ke sebuah kota di Yehuda. Maria yang dipenuhi dengan Roh Kudus itu ingin mengunjungi Elisabet, saudarinya. Ia memberi salam kepadanya. Elisabet pun dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring memuji Bunda Maria.

Kata-kata pujian tersebut bukan berasal dari dirinya, atau bukan sekedar ungkapan perasaan hati, melainkan dari Roh Kudus. Elisabet, yang dipenuhi dengan Roh Kudus itu tentu mengetahui apa yang terjadi dalam diri Maria. “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Luk 1:42).

Maria sungguh perempuan yang paling diberkati. Hal itu terjadi dan dialami karena buah rahimnya. Maria dipuji karena kesediaannya untuk menjadi ibu. Ia menyatakan kesanggupannya untuk menjadi bunda sang Juruselamat. Elisabet pun tanpa ragu menyebut Maria ibu Tuhan kendati belum melahirkan Anak yang di dalam kandungannya. “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk 1:43).

Elisabet sungguh rendah hati. Ia menyadari siapa dirinya. Elisabet menyadari betapa ia mendapat kehormatan yang istimewa. Ia berkenan dikunjungi oleh Maria, Bunda Allah.
Selanjutnya, patut kita simak perjumpaan dua orang bersaudara. Keduanya saling menguatkan dan meneguhkan iman. Mereka lalu berbagi pengalaman akan Allah. Maria menjadi orang yang terberkati pertama-tama karena imannya. “Sungguh, berbahagialah ia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.” (Luk 1:45). Tuhan melaksanakan apa yang dikatakan-Nya. Dan hal ini terjadi, baik dalam diri Maria maupun Elisabet. Keduanya telah belajar untuk percaya. Tanpa iman, Maria tidak akan pernah menjadi ibu Yesus.

Mengapa demikian? Yesus dikandung bukan karena darah atau keinginan jasmani atau keinginan seorang laki-laki (bdk. Yoh 1:13). Tanpa iman, Elisabet pun tidak akan pernah menjadi ibu Yohanes. Mengapa demikian? Elisabet itu mandul dan usianya pun sudah lanjut.

Kisah kehamilan Elisabet yang tua dan mandul dan kisah kehamilan Maria, seorang gadis muda tanpa campur tantan seorang pria membutuhkan iman. Apa yang tidak mungkin menurut pikiran manusia menjadi mungkin bagi Allah. Apa yang mustahil bagi manusia bisa terjadi karena iman. Pengalaman Maria dan juga Elisabet menjadi bukti kebenaran firman Allah dan betapa sungguh bahagia orang yang percaya. Elisabet mendapat ucapan salam dari Maria. Dan Maria dipuji bahagia oleh Elisabet.

Halaman:

Editor: Tommy Aquino


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x